Buku
Laporan Penelitian Arkeologi: Penelitian Arkeologi Kesultana Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara: Permukiman, Perniagaan, dan Pertahanan
Kepulauan Maluku, merupakan tempat berkembang kerajaan besar, antara lain Kerajaan Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Wilayah ini terkenal sebagai penghasil rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala pada masa lalu. Kerajaan Jailolo sebagai salah satu dari empat kerajaan gunung (Moluku Kie Raha) berpengaruh di wilayah ini, dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh bukti eksistensinya. Dari sumber historis wilayah ini telah disinggung dalam naskah Negarakertagama pada abad ke 14. Pada tahun 1518 Sultan Yusuf di Jailolo telah berkirim surat pada Gubernur Portugis di Goa, India. Jailolo juga disebut-sebut dalam sumber Portugis terutama pada periode perquasa yang terkenal yakni Katara Bumi (1534-1531). Peninggalan yang terkait dengan kerajaan Jailolo cukup terbatas, namun diperoleh data tinggalan yang diduga berkaitan dengan kerajaan Jailolo ini. Tinggalan itu antara lain Masjid Kerajaan, Benteng Gamlamo yang diduga merupakan benteng kerajaan Jailolo. di benteng Sidangoli telah dilakukan ekskavasi. Benteng Sidangoli merupakan salah satu benteng di Jailolo. Bangunan pertahanan yang lainnya adalah benteng Gamkonora, benteng Gamkonora, benteng Sabugo dan Tabugo, benteng Dodinga, juga benteng Gamlamo. Benteng Sidangoli dikenal juga dengan nama benteng Kota Intan. Benteng ini secara umum berbentuk segi empat. Kondisinya sudah menjadi puing. Pada tahun 1801 benteng ini dikuasai oleh penduduk Tidore, sekutu bangsa Inggris saat itu, kemudian dikalahkan oleh pasukan Belanda. Tahun 1856 masih terdapat sejumlah kecil pasukan di dalam benteng. Pada masa mendatang upaya pelestarian seperti upaya penampakan bangunan dan penataan terhadap objek menurut proporsinya menjadi strategis dalam mengembangkan setiap posisi situs dalam konteks sejarah budaya dan pemanfaatan lain seperti sumber pengetahuan, pendidikan, dan juga pengembangan wisata.
No other version available